Jika batik merupakan kain yang diwarnai, maka tenun merupakan untaian benang yang diwarnai dan ditenun menjadi kain. Karena pada dasarnya merupakan jalinan benang yang tebal, kain tenun menjadi kaku dan tebal, sehingga banyak orang enggan memakainya untuk busana sehari-hari.
"Banyak orang yang bilang kalau harga tenun itu terlalu mahal, padahal ini sebanding dengan proses kreativitas dan proses pembuatan yang lama. Tidak semua orang bisa membuat kain tenun, jadi wajar saja kalau harganya mahal," ungkap desainer Musa Widyatmodjo menjelang show-nya di Jakarta Fashion & Food Festival beberapa waktu lalu. Untuk membuat selembar kain tenun, biasanya dibutuhkan waktu berbulan-bulan.
Harga kain tenun yang mahal sebenarnya tidak berlaku pada semua jenis kain. Perbedaan harganya tergantung pada ketebalan kain dan kerapatan benang berwarna yang ditenun menjadi kain. Semakin rapat sisiran-nya (tingkat kerapatan tenunnya), kain akan semakin rapat, semakin tebal, dan harganya semakin mahal.
Kerapatan tenunan ini diatur oleh alat tenun yang digunakan. Semakin keras si penenun menggunakan alat tenunnya, benang akan mengalami tekanan yang besar (di-press) sehingga jadi makin rapat. Sebaliknya jika tenunan benang ini tidak terlalu rapat, kain menjadi tipis dan transparan karena benangnya renggang.